1) Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa menyangkut peran manusia baik sebagai objek maupun sebagai subjek dalam peristiwa sejarah berdasarkan dimensi waktu dan ruang. Apa yang kita namakan dengan peristiwa atau kejadian. Kejadian adalah sesuatu yang terjadi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia bergaul dengan sesamanya, membuat perkakas-perkakas, menjinakkan hewan dan menanam tumbuh-tumbuhan, dsb.
Semua yang dilakukan manusia itu adalah perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kejadian. Segala sesuatu yang terjadi dan terbentuk dalam masa lalu adalah kejadian. Semua kejadian yang menyangkut kehidupan manusia termasuk ke dalam aspek yang dapat diperbincangkan sejarah.
Penting atau tidaknya suatu kejadian dimasukkan ke dalam cerita sejarah tergantung pada orang yang menyusun cerita sejarah itu. Oleh karena itu, gambaran masa lampau tidaklah sama. Kalau kita perhatikan isi buku-buku sejarah yang kita pelajari, satu kejadian mempunyai arti berbeda-beda bagi orang-orang yang mempunyai perbedaan pendirian.
Satu kejadian yang semula belum kita ketahui lalu kita sisipkan di antara kejadian-kejadian lain yang ada hubungannya akan mengubah gambaran kita tentang masa lampau di mana kejadian-kejadian itu berlangsung. Demikian pula kalau satu kejadian tidak disebutkan di dalam suatu rangkaian kejadian-kejadian, semangat cerita sejarahnya akan berubah.
Hal semacam ini sering kali terjadi berdasarkan maksud-maksud tertentu dari penyusunnya. Dalam hal ini cerita sejarah mempunyai persamaan dengan dongeng akan tetapi dongeng tidak menyebutkan sumber-sumbernya.
Kejadian-kejadian pada masa lampau sebagian ada yang menarik perhatian kita dan ada yang tidak. Menarik atau tidaknya suatu kejadian itu bergantung pada keyakinan dan sikap seseorang. Hal ini nampak jelas di dalam buku-buku sejarah. Seorang penulis sejarah akan menumpahkan segala pengetahuannya dan kepandaiannya terhadap suatu kejadian yang menarik minatnya dengan uraian sejelas-jelasnya. Sebaliknya ia hanya mempergunakan sebagai uraian sebaris atau dua baris kalimat saja untuk menerangkan kejadian-kejadian yang tidak menarik perhatiannya.
2) Sejarah sebagai kisah Konsep sejarah sebagai kisah adalah bahwa sejarah yang kita kenal sehari-hari itu adalah sejarah sebagai cerita.
Cerita sejarah tertulis dapat kita baca dalam buku-buku sejarah, majalah-majalah dan surat-surat kabar sedangkan sejarah lisan kita dapat mendengar dalam narasi, ceramah, percakapan-percakapan, penyajian pelajaran sejarah di sekolah-sekolah atau pun di tempat-tempat lainnya.
Oleh karena itu, sejarah sebagai kisah, sifatnya bergantung pada siapa yang menceritakannya sehingga pencerminan penulis sejarah akan kelihatan pada buku-buku yang
ditulisnya. Tiap orang yang akan menyusun cerita sejarah biasanya berpendirian agar ceritanya itu benar-benar dapat dipercayai dan objektif tetapi setelah ia mulai dengan pekerjaannya, mau tidak mau ia dipengaruhi oleh sifat-sifatnya.
Setelah kita selesai membaca karya tulisan secara teliti, kita akan dapat menerka bagaimanakah kira-kira keadaan si penyusun buku sejarah tersebut.
3) Sejarah sebagai ilmu
Sejarah sebagai ilmu merupakan sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin ilmu cabang pengetahuan tentang masa lalu, yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan masa lalu tentang masyarakat tertentu.
Sejarah selain mempunyai objek, metode, juga mempunyai pokok persoalan serta pengertian tersendiri. Sejarah sebagai ilmu adalah susunan pengetahuan dalam suatu sistem tertentu (a body knowledge) yang disusun menurut sistem metode khusus dengan tujuan untuk memperoleh kebenaran tentang sesuatu.
c. Metode Sejarah
Metode sejarah terdiri dari teknik dan pedoman yang digunakan sejarawan terhadap sumber primer dan bukti lainnya termasuk juga bukti arkeologi. Dalam metode sejarah terdapat empat tahapan yang harus dilewatinya. Keempat tahapan tersebut yakni heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi dan historiografi.
1) Heuristik
Heuristik berasal dari kata bahasa Yunani heuriskein yang berarti menemukan atau memperoleh. Heuristik diartikan sebagai tahapan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, jejak masa lampau.
Jadi, heuristik merupakan tahapan proses mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Di samping sumber tertulis, terdapat pula sumber lisan. Sejarah lisan merupakan cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang disampaikan secara lisan.
Sejarah lisan diperlukan untuk melengkapi sumber-sumber tertulis. Dalam sejarah lisan terdapat informasi-informasi yang tidak tercantum dalam sumber-sumber tertulis. Untuk mendapatkan informasi itu, penulis harus melakukan wawancara dengan nara sumber yang disebut sebagai pengkisah dengan menggunakan alat rekam dan kaset.
2) Kritik
Tahapan yang kedua adalah kritik. Dalam tahap ini, sumber-sumber yang yang telah diperoleh melalui tahapan heuristik kemudian diverifikasi. Dalam tahap verifikasi terdapat dua macam kritik yakni kritik ekstern untuk meneliti otentisitas atau keaslian sumber dan kritik intern untuk meneliti kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2005).
Singkatnya, tahapan kritik ini merupakan tahapan untuk memilih sumber-sumber asli dari sumber-sumber palsu. Untuk mendapatkan fakta sejarah perlu melakukan proses koroborasi yaitu bukti-bukti (evidence) sejarah yang membenarkan atau memperkuat suatu pernyataan (statement).
3) Interpretasi
Tahapan selanjutnya dari metode sejarah adalah interpretasi. Interpretasi adalah tahapan atau kegiatan dalam menafsirkan fakta-fakta dan menetapkan makna serta saling keterhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.
Terdapat dua macam interpretasi yakni analisis yang berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Melalui tahapan interpretasi inilah kemampuan intelektual seorang sejarawan diuji. Sejarawan dituntut untuk dapat berimajinasi dengan membayangkan bagaimana peristiwa pada masa lalu itu terjadi.
Namun, bukan berarti imajinasi yang bebas seperti seorang sastrawan. Imajinasi seorang sejarawan dibatasi oleh fakta-fakta yang ada yang ia peroleh dalam tahaptahap sebelumnya.
4) Historiografi
Tahapan yang keempat adalah historiografi. Historiografi (Gottschalk, 2006) adalah rekonstruksi imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperolah dengan menempuh proses pengujian dan proses penganalisisan secara kritis melalui rekaman dan bukti peninggalan masa lampau.
Dalam melakukan penulisan sejarah, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu: (1) penyeleksian atas fakta-fakta, untaian faktafakta yang dipilih berdasarkan dua kriteria: relevansi peristiwa-peristiwa dan kelayakannya; (2) imajinasi yang digunakan untuk merangkai faktafakta yang dimaksudkan untuk merumuskan suatu hipotesis; dan (3) kronologis.
Dalam tahap historiografi ini, seluruh imajinasi dari serangkaian fakta yang ada dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Potongan-potongan fakta sejarah ditulis hingga menjadi sebuah tulisan kisah sejarah yang kronologis.
Tahapan-tahapan dalam metode sejarah yang dijelaskan di atas merupakan tahapan untuk mempermudah sejarawan melakukan penelitian, mulai dari proses pengumpulan sumber-sumber, memilih sumber-sumber asli, menginterpretasikan sumber-sumber hingga akhirnya penuangan ke dalam bentuk penulisan sejarah.
2. Keberlanjutan dan Perubahan
Dalam mempelajari ilmu sejarah rangkaian peristiwa yang ada adalah peristiwa yang berkelanjutan. Kehidupan manusia pada saat ini merupakan keberlanjuntan dari kehidupan masa lampau dalam rangka menyongsong kehidupan masa mendatang.
Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri dan tidak dapat dipisahkan dari peristiwa lainnya. Para pakar sejarah mengibaratkan bahwa sejarah bagaikan penglihatan terhadap tiga dimensi yaitu penglihatan ke masa silam, penglihatan pada masa sekarang dan penglihatan ke masa depan.
Selain mengkaji manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah karena mencakup perkembangan, keberlanjutan atau kesinambungan, pengulangan dan juga perubahan.
Semua aspek itu akan memberikan pengaruh terhadap dinamika perjalanan sejarah sebuah bangsa yang berlangsung dalam bingkai perkembangan, keberlanjutan atau kesinambungan, pengulangan dan perubahan yang tidak pernah berhenti dalam satu titik.
Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya saja perkembangan masyarakat dari sebuah desa berkembang menjadi kota kecil kemudian mengalami proses menjadi kota besar terus berkembang sehingga menjadi kota metropolitan.
Sementara sejarah disebut sebagai pengulangan apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi pada masa berikutnya. Misalnya menjelang presiden Soekarno jatuh dari kekuasaannya pada tahun 1960-an banyak terjadi aksi dan demonstrasi, khususnya yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Peristiwa yang hampir serupa juga terjadi lagi ketika menjelang presiden Soeharto jatuh pada 1998 banyak terjadi aksi dan demonstrasi. Lihat video peristiwa demo mahasiswa pelengseran Soeharto pada link video ini https://youtu.be/uVIK1DSI3T8.
Sejarah dikatakan sebagai perubahan apabila dalam masyarakat terjadi perkembangan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Misalnya gerakan nasionalisme di Indonesia sering dianggap sebagai kepanjangan dari gerakan romantik di Eropa.
Berhubungan dengan konsep keberlanjutan inilah dikisahkan kehidupan manusia pada masa lalu. Masa lalu merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Namun, masa lalu bukanlah suatu masa yang terhenti dan tertutup. Masa lalu bersifat terbuka dan berkesinambungan sehingga dalam sejarah, masa lalu manusia bukan demi masa lalu itu sendiri karena segala hal yang terjadi di masa lalu dapat dijadikan acuan untuk bertindak di masa kini dan untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa datang (Kuntowijoyo, 2005).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ilmu sejarah fokus kajiannya pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan tujuan mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa masa lampau tersebut. Kita harus menyadari bahwa rangkaian peristiwa sejarah sejak adanya manusia sampai sekarang adalah peristiwa yang berkelanjutan atau berkesinambungan dari satu titik peristiwa ke titik peristiwa berikutnya.
Sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan yang terjadi pada masa lalu mempengaruhi kehidupan masa kini. Perubahan tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan manusia seperti sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Masa lalu merupakan masa yang telah dilalui oleh suatu masyarakat yang selalu berkaitan dengan konsep-konsep dasar berupa waktu dan ruang. Berkaitan dengan peristiwa sejarah yang merupakan perubahan dalam kehidupan manusia di masa lalu. Sejarah harus bersifat instrumental dalam memecahkan masalah masa kini atau sebagai pertimbangan program aksi di masa yang akan datang. Dengan kata lain sejarah harus dapat memecahkan masalah sosial yang aktual yang sedang dihadapi oleh sebuah bangsa.
Perubahan dapat dikatakan sebagai gejala yang biasa terjadi dalam setiap masyarakat manusia. Cepat atau lambat, manusia atau masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan dalam masyarakat akan terus berlangsung seiring dengan perjalanan waktu.
Perubahan ini dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat karena segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang tidak berubah, semuanya mengalir, masyarakat sewaktu-waktu bergerak dan berubah.
Perkembangan kehidupan dalam masyarakat ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Arah perubahan dibedakan atas keadaan yang lebih baik (progres) dan keadaan yang lebih buruk (regres)
3. Sistem Sosial
Mengawali pembahasan kita dengan topik sistem sosial ini, ada baiknya Anda memahami dulu arti atau pengertian dari sistem sosial itu sendiri. Sistem sosial merupakan orang-orang yang ada dalam kelompok yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain dengan dibatasi oleh seperangkat kegiatan yang menjadi satu kesatuan.
Selanjutnya definisi sistem sosial menurut kamus webter online adalah “the formal organization of status and role that may develop among the members of a relatively small stable group (such as a family or club)”. Gambar berikut di bawah ini mengilustrasikan sistem sosial.
Masyarakat sebagai sebuah sistem sosial, orang saling berbagi sumber daya yang mereka miliki untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup. Kebutuhan-kebutuhan dasar hidup manusia itu sebenarnya menggambarkan nilai-nilai sosial yang dihargai oleh masyarakat karena berguna bagi masyarkat itu sendiri.
Nilai sosial diartikan sebagai segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena nilai sosial terbukti memiliki daya guna yang fungsional bagi perkembangan hidup. Nilai sosial itu bisa berupa orang, benda, barang, hewan, sikap, perbuatan, perilaku, cara berfikir dan perasaan
serta pandangan (Hermawan dan Rukandi, 2006).
Sesuatu yang baik, berguna, membawa manfaat dan juga keuntungan dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang memiliki nilai. Anggota masyarakat mungkin saja melakukan tindakan-tindakan yang tertuju untuk bisa meraih dan mencapai nilai-nilai itu.
Dari segi kebutuhan-kebutuhan dasar hidup manusia, tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengejar dan mencapai nilai-nilai itu adalah dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan dasar tadi. Tetapi kadang-kadang tindakan yang dilakukan masyarakat tidak sama dan selaras dengan nilai-nilai itu bahkan ada yang saling bertentangan.
Ada tindakan yang dianggap baik dan tepat dipandang oleh banyak orang sehingga orang cenderung untuk mengulanginya berkali-kali yang akhirnya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh banyak orang tadi menjadi pola kelakuan. Tindakan atau kelakuan yang sama dilakukan secara berulan gulang menjadi pola tindakan atau pola kelakuan. Pola tindakan atau kelakuan ini lalu dipandang masyarakat sebagai sebuah norma.
Proses dari tindakan sampai menjadi norma adalah tindakan sebagai contoh atau teladan dengan melakukan pengulangan berkali-kali sebagai sebuah pola kelakuan. Suatu pola kelakuan menjadi norma berarti pola kelakuan itu dipandang sebagai kaidah yang merupakan patokan, standar ataupun ukuran yang ditampilkan seseorang sesuai dengan pola kelakuan yang diidamidamkan.
4. Budaya
Untuk melengkapi pemahaman kita tentang topik ini, Anda akan disuguhkan dengan arti atau pengertian dari budaya itu sendiri yaitu bahwa budaya artinya sebagai “pikiran; akal budi”, sedangkan kebudayaan diartikan sebagai ”hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia (seperti kepercayaan, kesenian, adat ist iadat dsb)”. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal (S.Soekanto,2005).
E.B. Tylor (1871) dalam Soekanto (2005) mendefinisikan kebudayaan adalah yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan meliputi hal-hal yang diperoleh atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Hal ini berarti bahwa segala cara atau pola berfikir, perasaan dan tindakan. Seseorang yang tertarik dengan kebudayaan pasti akan memperhatikan objek-objek kebudayaan seperti rumah, sandang, jembatan, alat-alat komunikasi. Selain itu, orang tersebut juga akan tertarik untuk memperhatikan perilaku sosial masyarakatnya.
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan juga cipta masyarakat. Karya masyarakat itu menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya. Sedangkan rasa masyarakat itu mencakup jiwa manusia dengan mewujudkan segala kaidah-kaidah nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas seperti ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur sebagai hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat. Untuk memahami budaya atau kebudayaan ternyata bukanlah suatu persoalan yang mudah karena untuk mempelajari budaya atau kebudayaan tidak hanya mengetahui dari pengertian budaya dan kebudayaan saja tetapi juga banyak konsep yang muncul terutama dari berbagai bahasa, sejarah dan sumber rujukan baik yang berwujud ataupun yang tak berwujud.
Akan tetapi, pendapat yang disampaikan oleh Kluckhohn (1951) dalam Soelaeman (2005) menyatakan bahwa hampir semua antropolog Amerika sepakat dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul Man and His Work tentang teori kebudayaan meliputi: (1) kebudayaan dapat dipelajari, (2) kebudayaan berasal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis dan komponen sejarah eksistensi manusia, (3) kebudayaan mempuyai struktur, (4) kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek, (5) kebudayaan bersifat dinamis, (6) kebudayaan mempunyai variabel, dan (7) kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah, serta (8) kebudayaan merupakan alat bagi seseorang untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti bagi kesan kreatifnya.
Kroeber dan Klukhohn (1950) dalam Soelaeman (2005) mengajukan konsep kebudayaan yang terdiri atas berbagai pola, tingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham dan terutama
keterikatan terhadap nilai-nilai.
Akan tetapi konsep yang dijelaskan oleh Dye (1990) tentang budaya ternyata lebih mudah untuk dipahami. Dye (1990:38) menjelaskan bahwa budaya itu adalah “cara-cara hidup yang biasa dilakukan oleh suatu masyarakat”. Budaya masyarakat manapun menggambarkan “generalisasi” tentang perilaku dari banyak anggota masyarakat itu. Budaya tidak menggambarkan kebiasaan-kebiasaan pribadi secara perseorangan.
Budaya juga merupakan cara-cara berperilaku yang biasa ditunjukkan dalam masyarakat yang mungkin saja berbeda cara-cara berperilakunya tergantung dari masyarakat mana yang menganut atau mengembangkannya. Norma-norma adalah aturan dan harapan tentang perilaku masyarakat secara bersama.
Norma berkaitan dengan nilai dalam hal ini nilai mempertimbangkan norma-norma. Apabila, kita menilai kebebasan berbicara, kita akan memberikan ijin kepada orang-orang untuk berbicara gagasan-gagasannya walaupun kita tidak setuju dengan gagasan-gagasannya.
Sanksi adalah ganjaran dan hukuman untuk menghargai dan melanggar norma-norma budaya. Ganjaran dalam bentuk penghargaan, afeksi, status, kekayaan, reputasi norma-norma budaya yang mendukung. Hukuman seperti kritik, mencela, finalti, denda dan hukuman merupakan pelanggaran terhadap norma-norma budaya.
Sebuah artifak adalah produk budaya secara fisik. Sebuah artifak dapat berupa objek keagamaan dari budaya masa lalu sampai kepada komposisi musik, bangunan kodomium yang tinggi atau kaleng bir dari budaya modern.
Kebudayaan sebenarnya memiliki fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam dan kekuatan-kekuatan lainnya dalam masyarakat itu sendiri.
Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan material dan juga spiritual. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri.
Dikatakan sebagian besar karena kemampuan manusia terbatas dan tentu saja kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan manusia juga terbatas di dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan itu.
Fungsi budaya dalam masyarakat sebernarnya adalah untuk membantu orang-orang dalam mengadaptasi dengan kondisi-kondisi yang diperlukan ketika mereka hidup di lingkungan masyarakatnya. Bahkan cara-cara hidup pertama kali yang mungkin baru dikenal atau sama sekali tidak dikenal memainkan peranan yang penting dalam membantu individu menangani masalah bagaimana mereka bersikap, bertindak dan berperilaku.
Budaya disampaikan dari mulai lingkungan yang paling dekat dengan individu yakni keluarga,
teman, lingkungan sekitar, sekolah, agama, pemerintah, media, dll. Tentu orang-orang yang terdekat itulah yang akan pertama kali dan terus berlanjut secara berulang-ulang menyampaikan hal-hal yang perlu dan baik serta tentu saja menyampaikan juga hal-hal tak perlu untuk dilakukan pada individu-individu sehingga mereka akan mengingat dan melakukan seperti apa yang mereka peroleh dan lakukan.
a. Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan dari setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti lembaga pemerintahan selain adanya unsur-unsur yang kecil seperti pakaian, sepatu dan barang-barang lain yang kita pakai dan gunakan sehari-harinya. Melville J. Herskovits dalam Soekanto (2005) mengajukan 4 (empat) unsur pokok kebudayaan, yaitu: (1) alat-alat teknologi; (2) sistem ekonomi; (3) keluarga; dan (4) kekuasaan politik.
Unsur-unsur kebudayaan adalah salah satu cara untuk memahami budaya atau kebudayaan. Karena dengan mengetahui unsur-unsurnya, paling tidak kita akan mendapatkan gambaran tentang kebudayaan secara lebih baik. Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan mana pun di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi maupun yang besar, kompleks dan dengan jaringan hubungan yang luas.
Menurut Koentjaraningrat dalam S. Belen (1991) kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur yang universal, yaitu: (1) Bahasa; (2) Sistem teknologi; (3) Sistem mata pencaharian; (4) Organisasi social; (5) Sistem pengetahuan; (6) Religi; dan (7) Kesenian.
Kerangka kebudayaan seperti yang digambarkan di atas merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang dikombinasikan menjadi suatu bagan lingkaran. Bagan lingkaran menunjukan bahwa kebudayaan itu sifatnya dinamis.
Bagan kerangka kebudayaan yang digambarkan menjadi tiga lingkaran konsentris (lihat gambar). Sistem budaya digambarkan dalam lingkaran yang paling dalam dan merupakan inti. Lingkaran kedua di sekitar ini menggambarkan sistem sosial. Sementara kebudayaan fisik dilambangkan dengan lingkaran yang paling luar.
Unsur-unsur kebudayaan universal yang tujuh macam itu dilambangkan dengan membagi lingkaran tadi menjadi tujuh sektor yang masing-masing melambangkan salah satu dari ketujuh unsur tersebut. Oleh karena itu, gambar kerangka kebudayaan menjelaskan bahwa tiap unsur kebudayaan yang universal itu dapat mempunyai tiga wujud kebudayaan yang mencakup sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik.
Tiga wujud kebudayaan yang terdiri atas sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik merupakan bagian dari kerangka kebudayaan. Sistem-sistem tersebut hanyalah sebagian dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif yang menyeluruh.
Sistem budaya dan sistem sosial merupakan sistem-sistem yang secara analisis dapat dibedakan satu sama lain. Sistem budaya lebih banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya sedangkan sistem sosial lebih banyak dibahas dalam kajian sosiologi.
Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya atau cultural system ini merupakan ide-ide, gagasan-gagasan atau pikiran-pikiran manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat.
Gagasan tersebut tidak dalam keadaan lepas satu dari yang lainnya tetapi selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan yang diartikan pula adat-istiadat. Adat-istiadat mencakup sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma menurut pranatapranata yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan, termasuk norma agama
Konsep sistem sosial adalah alat untuk membantu menjelaskan tentang kelompok-kelompok manusia. Model ini berlandaskan pada pandangan bahwa kelompok-kelompok manusia merupakan suatu sistem. Tiap-tiap sistem sosial terdiri atas pola-pola perilaku tertentu yang mempunyai struktur dalam dua arti, yaitu: pertama sebagai interaksi-interaksi sendiri antara orangorang yang bersifat agak mantap dan tidak cepat berubah dan kedua sebagai perilaku-perilaku yang mempunyai corak atau bentuk yang relatif mantap (Soelaeman, 2005).
Reaksi seseorang terhadap situasi di mana ia berada ditentukan oleh sejumlah faktor yaitu nilai-nilai yang ia pegang sebagai hasil dari banyak pengaruh yang ia peroleh sebelumnya. Seseorang lahir di dalam masyarakat dengan seperangkat nilai-nilai. Nilai yang paling penting dalam hidup seseorang tentu diperoleh dari lingkungan keluarga.
Nilai seseorang juga sangat dipengaruhi oleh nilai kelompoknya seperti kelompok bermain, teman-teman sekolah, kelompok remaja, lembaga keagamaan dll. Seseorang itu mempercayai bahwa nilai-nilai keluarga atau kelompoknya harus diterima apabila ia mau diterima sebagai anggota keluarga atau anggota kelompoknya.
Dorongan-dorongan dari dalam diri seseorang itulah yang mendorong terbentuknya nilai-nilai pada orang tersebut. Faktor-faktor seperti inilah yang membentuk nilai-nilai pada seseorang tanpa pertimbangan rasional lagi. Akan tetapi kadang-kadang seseorang dalam situasi yang berbeda memilih nilai dengan beberapa pertimbangan.
Pengalaman sebelumnya mempengaruhi untuk menganalis situasi dalam rasional lingkungan dan sampai pada respon tentang situasi tersebut tidak berdasarkan atas tradisi, kebiasaan atau emosi tetapi berdasarkan atas berfikir tentang itu. Umumnya proses ini dinamakan reevaluasi nilai-nilainya.
b. Watak Nilai
Watak adalah “sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku” (KBBI daring, diakses tanggal 22 Juni 2022) Sedangkan nilai adalah “sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya” (KBBI daring, diakses tanggal 22 Juni 2022). Dengan memahami nilai seseorang akan mengetahui sesuatu yang berharga dalam kehidupan ini. Selain itu dengan mempelajari nilai ini seseorang akan mengetahui apa yang harus diperbuatnya untuk menjadi manusia dalam arti sebenar-benarnya karena nilai itu sendiri mempunyai dasar pembenaran atau sumber pandangan dari berbagai hal seperti meta-fisika, teologi, etika, estetika dan logika.
Mempertimbangkan nilai adalah kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh kebanyakan orang dan dilakukan secara terus-menerus. Mempertimbangkan untuk melakukan pilihan tentang nilai adalah suatu keharusan. Dalam kehidupannya manusia selalu melakukan pilihan. Manusia juga mempertimbangkan untuk mengukur benda dari ukuran lebih baik atau lebih
jelek dan memberikan formulasi tentang ukuran nilai.
Setiap orang memiliki perasaan tentang nilai dan tak pernah ada suatu masyarakat tanpa sistem nilai. Bila seseorang di dalam masyarakat tidak melakukan pilihannya tentang nilai maka orang lain atau kekuatan luar yang akan menetapkan pilihan nilai untuk dirinya. Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk memiliki ukuran, keyakinan, kesetiaan atau idealisme untuk mengukur kualitas kehidupannya.
Tetapi apakah ukuran-ukuran, keyakinan, kesetiaan atau idealisme tersebut dilakukan secara konsisten atau tidak? Karena kalau tidak, seseorang itu justru bukan mengembangkan kualitas kehidupannya tetapi merusak kehidupan dirinya. Menganggap sepi peran nilai berarti mempunyai gambaran yang keliru tentang manusia dan alam.
Menurut Subino (1986) terdapat dua jenis nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat. Jenis nilai yang pertama adalah nilai rekaan manusia sedangkan jenis nilai yang kedua adalah pemberian dari yang Maha Kuasa. Dua jenis nilai tadi sebenarnya tidak perlu dipertentangkan atau saling menghalangi satu sama lain akan tetapi mestinya jenis nilai yang pertama merupakan upaya manusia dalam menterjemahkan nilai yang kedua sejauh dari kemampuan manusia yang memang terbatas. Oleh karena itu, kalau pun terjadi ketidakselarasan dari kedua jenis nilai tadi maka hal itu sebenarnya karena ketamakan manusia itu sendiri.
Selanjut Subino (1986) menjelaskan bahwa ketamakan yang paling utama dari manusia itu adalah bahwa nilai hasil rekayasanya dianggap nilai yang tertinggi yang dipandang sumber dari segala sumber. Dengan berbagai cara diupayakan bahwa jenis nilai yang kedua ini dipandang tidak cocok lagi dijadikan pegangan hidup dan boleh saja dibuang jauh-jauh serta kalau perlu dilupakan saja.
Manusia melakukan semua itu karena menganggap jenis nilai yang kedua tidak praktis, tidak
sesuai dengan jaman sehingga banyak orang yang lupa atau tergiur dengan hal-hal yang menyimpang dengan nilai-nilai jenis kedua yang mesti dijunjung tinggi oleh kita semua karena nilai-nilai ini adalah pemberian dari yang Maha Kuasa.
Menurut Soelaeman (2005) bahwa masalah konflik nilai yang terjadi di masyarakat kita dewasa ini sudah cukup atau mungkin sangat serius. Hal ini disebabkan adanya krisis otoritas yaitu pusat otoritas dan dasar otoritasnya yang tidak tetap sehingga putusan-putusannya tidak dapat dipercaya lagi. Persoalannya bukan hanya sekadar tidak percaya kepada yang berkuasa, melainkan yang lebih berbahaya adalah orang tidak lagi dapat mempercayai sesuatu apa pun.
Pilihan nilai merupakan hal yang perlu bahkan bisa dikatakan mutlak sebab nilai-nilai yang ada dalam masyarakat berasal dari agama, moral, estetika, intelek, ilmu, ekonomi dan sebagainya. Keputusan untuk memilih nilai-nilai ini dipengaruhi oleh bermacam-macam warisan nilai-nilai tradisional. Dari masa ke masa selalu muncul nilai-nilai baru yang mempunyai pengaruh besar sehingga kita terpaksa mengadakan pilihan tentang nilai ini.
Prinsip-prinsip untuk melakukan pemilihan nilai adalah: (1) Nilai intrinsik harus mendapatkan perhatian yang pertama dibandingkan dengan nilai ekstrinsik. Hal ini berarti nilai intrisik merupakan sesuatu yang berharga secara intrinsik berasal dari dalam dirinya sendiri dan dinilai baik untuk dirinya.
Sesuatu berharga secara ekstrinsik adalah baik karena sesuatu hal datangnya dari luar. Semua benda yang dipakai untuk melakukan aktivitas mempunyai nilai ekstrinsik. Nilai intrinsik dan ekstrinsik ini tidak harus terpisah satu sama lain. Suatu benda dapat dinilai secara intrinsik dari satu segi dan dapat dinilai ekstrinsik dari segi lainnya.
Misalnya pengetahuan dapat dinilai sebagai baik dalam dirinya sendiri tetapi juga sebagai sarana lain yang berharga seperti keberhasilan ekonomi, kekuasaan, keuntungan atau prestise. Untuk tujuan hidup yang harus dicari adalah nilai intrinsik sedangkan benda-benda lain adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
(2) Nilai-nilai yang produktif dan secara relatif bersifat permanen mesti didahulukan daripada nilai yang kurang produktif dan kurang permanen. Beberapa nilai, seperti nilai ekonomi akan habis dalam aktivitas kehidupan.
Sedangkan nilai seperti persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk membagi nilai akal dan jiwa bersama orang lain. Bahkan nilai persahabatan ini tidak akan mengurangi nilai-nilai tersebut bagi diri kita sendiri. Walaupun memang perlu, nilai ekonomi dan fisik tidak memuaskan secara permanen. Pengalaman manusia menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial, intelektual, estetika dan agama lebih memberikan kepuasan pada kita daripada nilai-nilai material. (Soelaeman, 2005).
Konflik nilai yang cenderung dirasakan dewasa ini berkenaan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang telah dicapai. Kemudahan hidup yang diperoleh melalui kemajuan teknologi menyertai lemahnya jiwa atau rusaknya jiwa manusia.
Apabila perkembangan teknologi tidak disertai dengan kesiapan mental maka teknologi tersebut dapat merupakan permasalahan bagi manusia itu sendiri. Akibatnya adalah bahwa segala sesuatu yang tidak cepat, yang tidak canggih, yang tidak mengagumkan akan dicampakan. Sementara itu manusia kebablasan dengan pandangan bahwa segala sesuatu yang melekat pada dirinya adalah sesuatu yang sudah sewajarnya.
Manusia malas dan memandang sebagai yang tidak perlu untuk memperhatikan kejadian-kejadian yang ada pada dirinya dan alam sekitarnya. Di sinilah dimulainya keingkaran terhadap semua nikmat Maha Pencipta. Malahan manusia sudah berani memploklamirkan apa yang mereka sebut dengan “value free”. Manusia memandang bahwa velue free memberi
kebebasan untuk menguak semua rahasia kehidupan ini apapun caranya yang tentunya mau tidak mau akan sampai juga pada pencapaian tujuan dengan menghalalkan segala cara (Subino, 1986).
Soal Seleksi akademik PPG Daljab PGSD tahun 2023 IPS Bagian 2
1. Waktu, ruang dan peristiwa adalah tiga dimensi yang satu sama lainnya saling berhubungan. Ketiga dimensi tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia. Kesatuan tiga dimensi waktu, ruang dan peristiwa yang berkaitan dengan manusia dalam sejarah memberi pengertian bahwa ....
A. sejarah dibuat oleh manusia
B. masyarakat manusia berada di tempat tertentu di dunia
C. perubahan adalah hakikat sejarah
D. sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu
E. perubahan dan keberlanjutan peristiwa
2. Unsur waktu dalam sejarah adalah sangat penting dalam arti kelangsungan dan perubahan. Waktu menjadi bagian dari sejarah sebagai identitas sebuah peristiwa yang terjadi. Peristiwa dalam sejarah akan berulang dengan perbedaan pada waktu yang berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa waktu dalam sejarah ialah ….
A. waktu tertentu
B. waktu yang lalu
C. waktu berlalu
D. waktu tak terhingga
E. waktu yang berlangsung
3. Hakikat sejarah ialah kelangsungan dan perubahan dalam dimensi waktu, ruang dan manusia yang berwujud peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang tercatat dalam sejarah seringkali menjadi bagian dari penelitian. Karena itu isu utama dalam penelit ian tentang objek studi sejarah adalah mengenai….
A. kelangkaan sumber sejarah
B. kehandalan metode dan teknik penelitiannya
C. kesenjangan waktu
D. objektivitas dan subjektivitas sejarah
E. keotentikan sumber-sumber sejarah
4. Sejarah menyimpan banyak peristiwa. Peristiwa-peristiwa sejarah menjadi bagian catatan masa lalu yang dialami manusia. Karena begitu luas dan hampir tak terbatasnya materi yang menjadi objek studi sejarah maka salah satu prinsip yang digunakan dalam penyusunan sejarah ialah ….
A. kronologis
B. kategorisasi
C. akomodasi
D. seleksi
E. keberlanjutan
5. Manusia saling berinteraksi satu sama lain. Hubungan ini menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Segala tindakan dan perilaku manusia yang ada di masyarakat ini tertuju untuk mendapatkan hubungan sosial berupa ….
A. Pertahanan hidup
B. Pemenuhan pangan, sandang dan papan
C. Kepuasan pergaulan dengan orang lain
D. Bantuan dari orang lain
E. Saling berkomunikasi
6. Kebudayaan memiliki tiga unsur penting. Sistem budaya, sistem sosial dan wujud budaya. Ketiga sistem tersebut tentunya memiliki hubungan satu sama lainnya Unsur kebudayaan yang merupakan penjelmaan dari wujud sistem budaya adalah….
A. Bangunan sekolah
B. Tata tertib sekolah
C. Kepala sekolah
D. Pakaian seragam sekolah
E. Fasilitas sekolah
7. Sekolah adalah bagian dari unsur pendidikan dalam kehidupan manusia. Di sekolah kita dapat melihat keterkaitan antar ketiga unsur kebudayaan. Keberadaan pendidik dan tenaga kependidikan, aturan dan tata tertib serta program-program peningkatan mutu pendidikan pun menjadi bagian yang penting pada sekolah. Interaksi antar guru dengan guru, guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa adalah interaksi yang terjadi di lingkungan sekolah. Unsur kebudayaan yang merupakan wujud dari sistem sosial pada kondisi di atas adalah….
A. Lambang sekolah
B. Peraturan sekolah
C. Seragam sekolah
D. Hubungan guru di sekolah
E. Upacara sekolah
8. Unsur-unsur kebudayaan adalah salah satu cara untuk memahami budaya atau kebudayaan. Karena dengan mengetahui unsur-unsurnya, paling tidak kita akan mendapatkan gambaran tentang kebudayaan secara lebih baik. Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan mana pun di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi maupun yang besar, kompleks dan dengan jaringan hubungan yang luas.Urutan unsur-unsur kebudayaan universal dari yang sulit ke mudah berubah adalah….
A. Sistem religi, sistem kemasyarakatan, sistem kesenian, sistem teknologi
B. Sistem religi, sistem kesenian, sistem kemasyarakatan, sistem teknologi
C. Sistem religi, sistem kemasyarakatan, sistem teknologi, sistem kesenian
D. Sistem religi, sistem teknologi, sistem kemasyarakatan, sistem kesenian
E. Sistem religi, sistem kesenian, sistem teknologi, sistem kemasyarakatan
9. Masyarakat adalah bagian dari kebudayaan. Kebudayaan lahir dari sumbangsih masyarakat terhadap kehidupan yang dijalani dalam memenuhi segala kebutuhannya yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Bagaimana mengatasi kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan atau mengelola kebutuhan yang terbatas untuk jangka waktu yang panjang adalah bagian dari buah kebudayaan yang lahir dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian maka fungsi budaya dalam masyarakat adalah untuk….
A. berfikir
B. berkarya
C. mengadaptasi keadaan
D. berkomunikasi
E. interaksi
10. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus dikelola dengan efektif dan efisien dengan mengelola pembiayaan sehingga dapat mencapai apa yang menjadi program utama sekolah dalam pengembangan pelayanan pendidikan. Keberhasilan sekolah dalam pengelolaan tentunya tidak lepas dari peran kepala sekolah sebagai manager pengelolaan dan pengembangan. Kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis adalah kompleks budaya yang dijabarkan dari unsur kebudayaan universal yaitu sistem…
A. Teknologi
B. Kesenian
C. kemasyarakatan
D. religi
E. politik
Posting Komentar